Dangling Rainbow Hearts

Senin, 25 Februari 2013

Musik Tradisional Bali














Memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.

Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok...........
Rindik juga merupakan salah satu alat musik tradisional Bali yang terbuat dari Bambu yang pada nadanya adalah berdasarkan Selendro. Alat musik ini di pergunakan pada upacara perkawinan dan acara pertunjukan yang di kenal dengan nama Joged Bumbung. Tarian Joged Bumbung ini biasanya di iringi oleh sepuluh atau duapuluh orang yang memainkan gamelan, termasuk para penabuhnya dan bisa juga di pakai atau di mainkan di hotel-hotel untuk mengibur para tamu yang berkunjung ke Bali.
Juga dalam hal mendukung upacara yadnya biasanya difungsikanlah gamelan Baleganjur untuk mengiringi upacara yadnya tersebut......

Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul. 

Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan. 

Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.











Kesenian gambuh di Bali berada di ambang punah. Jika pun masih ada yang eksis, jumlahnya amat sedikit bahkan bisa dihitung dengan jari. Dari yang sedikit itu, tersebutlah kesenian gambuh yang masih bertahan di Desa Pacung. Tentu saja bertahan dengan segenap kesederhanaan dan kekurangan. Jika tak ada uluran tangan dari pihak luar, hampir dipastikan kesenian bersejarah ini benar-benar punah.
Perangkat gamelan gambuh yang digunakan sebagai pengiring gambuh adalah seperti alat gamelan suling, kangsi, kendang, gumanah, gentorang, rebab, serta alat-alat gamelan secara umum lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar